Masalah Transportasi Menghantui Pemain Logistik
Bisnis
logistik pada dasarnya bergantung pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Bila GDP naik, pemain industri logistik pun turut berbahagia. Meski
nilai pasar jasa logistik diperkirakan Rp 1.000 triliun, masalah
transportasi tetap menjadi halangan utama.
Pernyataan tersebut diungkapkan Wakil Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Mahendra Rianto. “Hampir 70% biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk transportasi.” Transportasi yang terdiri dari darat, laut dan udara ini dianggap masih menjadi musuh utama. Saat ini unsur transportrasi yang sudah establish adalah darat, berdasarkan jumlah jalan dan alat angkutnya. Namun ironisnya, ketika darat berhenti dan harus melalui laut, infrastruktur transportasi air ini belum kuat. Padahal, Indonesia terdiri dari kepulauan yang didominasi oleh laut. “Makanya, kita harus ubah paradigma menjadi maritime base logistik,” jelasnya. Apalagi, mengembangkan infrastruktur laut jauh lebih murah.
Ilustrasinya, ketika ada 1000 kontainer yang harus dipindahkan ke pulau-pulau luar Jawa maka diperlukan 1 kapal. Bila melalui darat, akan perlu 1000 truk container yang melintasi jalan yang sama bersama kendaraan lainnya. “Dengan infrastruktur jalan yang kurang bagus, jarak tempuh misalnya Jakarta-Medan 5 hari. Ini sama dengan waktu tempuh kapal. Tapi kapal bisa mengangkut hingga 1000 kontainer sekali jalan,” ujarnya. Jadi, cost per unit lebih murah.
Karena
itu, pihak ALI bersama akademisi ITB, ITS, Universitas Erlangga, dan
UGM sedang membuat semacam cetak biru sistem logistik nasional yang
disinkronkan MP3EI ( Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia) supaya ke depannya bersama pemerintah bisa melakukan
efisiensi. Apalagi, tahun 2013-2015 akan diberlakukan liberalisasi jasa
logistik di ASEAN. Artinya, pemain logistik dari luar Indonesia bisa
masuk dengan kepemilikan saham di perusahaan local mayoritas. Ini akan
mengancam industry logistik lokal. (Acha)
Sumber: http://idsaham.com/news-saham-Masalah-Transportasi-Menghantui-Pemain-Logistik-221151.html
Pernyataan tersebut diungkapkan Wakil Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Mahendra Rianto. “Hampir 70% biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk transportasi.” Transportasi yang terdiri dari darat, laut dan udara ini dianggap masih menjadi musuh utama. Saat ini unsur transportrasi yang sudah establish adalah darat, berdasarkan jumlah jalan dan alat angkutnya. Namun ironisnya, ketika darat berhenti dan harus melalui laut, infrastruktur transportasi air ini belum kuat. Padahal, Indonesia terdiri dari kepulauan yang didominasi oleh laut. “Makanya, kita harus ubah paradigma menjadi maritime base logistik,” jelasnya. Apalagi, mengembangkan infrastruktur laut jauh lebih murah.
Ilustrasinya, ketika ada 1000 kontainer yang harus dipindahkan ke pulau-pulau luar Jawa maka diperlukan 1 kapal. Bila melalui darat, akan perlu 1000 truk container yang melintasi jalan yang sama bersama kendaraan lainnya. “Dengan infrastruktur jalan yang kurang bagus, jarak tempuh misalnya Jakarta-Medan 5 hari. Ini sama dengan waktu tempuh kapal. Tapi kapal bisa mengangkut hingga 1000 kontainer sekali jalan,” ujarnya. Jadi, cost per unit lebih murah.
Di
Indonesia belum terjadi kesamaan pandangan antara pemerintah dan
praktisi mengenai pendekatan pengiriman barang ini. Para praktisi
melihat Indonesia cocok dengan pendekatan sebagai supply chain
(rantai pasok). Sementara, pemerintah melihat Indonesia sebagai
logistik atau transportrasi saja. Akibatnya pendekatan/kebijakan yang
diambil pemerintah kurang tepat. Mahendra menyarankan agar pemerintah
membangun ‘Indonesian Gateway’ di kawasan timur dan barat. Jadi, barang
impor masuk melalui dua gateway tersebut. “Nah, baru dari situ
kapal-kapal Indonesia mengambil barang impor tersebut sembari mengirim
barang ekspor ke gateway,” katanya. Jadi, kapal ketika berangkat dan
kembali tidak dalam keadaan kosong muatan.
Sumber: http://idsaham.com/news-saham-Masalah-Transportasi-Menghantui-Pemain-Logistik-221151.html
Comments