Sislognas Memperlancar Denyut Perdagangan Dalam Negeri
Tebaran senyum optimis
menyembul dari wajah para pelaku dan pemangku kebijakan ekonomi Indonesia
tatkala menyambut terbitnya Perpres no 26 tahun 2012 tentang Cetak Biru Sistem
Logistik Nasional (Sislognas) pada 5 Maret 2012 lalu.
“Terbitnya Perpres tentang Sislognas ini sangat ditunggu semua pihak.
Karena, sektor logistik semakin hari semakin diyakini memiliki nilai strategis
dan bahkan telah menjadi salah satu faktor penentu bagi pembangunan daya saing
bangsa ini,” kata Deputi Menko Perekonomian Bidang
Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawadi.
Untuk dicatat, biaya
logistik nasional mencapai 27% dari Produk Domestik Buto (PDB). Bersamaan dengan
itu, di lapangan masih banyak persoalan dan kendala teknis yang perlu
diselesaikan untuk mewujudkan sistem logistik yang efektif dan efisien,
terutama dalam kaitannya dengan tingkat penyediaan infrastruktur yang masih
rendah, masih ditemukannya pungutan tidak resmi dan biaya transaksi yang
menyebabkan biaya ekonomi tinggi, dan keterbatasan kapasitas dan jaringan
pelayanan penyedia jasa logistik nasional.
Hasil survei Indeks
Kinerja Logistik (Logistic Performance Index) yang diselenggarakan
Bank Dunia pun menunjukkan kinerja logistik Indonesia juga masih lemah. Survei
itu menempatkan Indonesia di peringkat ke-75 dari 155 negara yang disurvei.
Indonesia berada di bawah Singapura (2), Malaysia (29), Thailand (35), Filipina
(44), dan Vietnam (53).
Karena itu, Cetak Biru
Sislognas ini diharapkan benar-benar dapat menjadi rujukan semua pemangku
kepentingan terkait pembangunan ekonomi bangsa ini dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsinya masing-masing. Yakni, sebagaimana diamanatkan pada pasal 2
Perpres tersebut.
Dijelaskan, bahwa Cetak
Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional berfungsi sebagai acuan bagi
menteri, pimpinan lembaga non kementerian, gubernur, dan bupati/wali kota dalam
menyusun kebijakan dan rencana kerja yang terkait dengan pengembangan Sistem
Logistik Nasional di bidang masing-masing, yang dituangkan dalam dukumen
strategis masing-masing kementerian/lembaga pemerintah non kementerian dan
pemerintah daerah sebagai bagian dari dokumen perencanaan pembangunan.
Sejumlah pihak terkait
menyambut baik terbitnya Perpres Sislognas ini. Wakil Ketua Umum Kadin Bidang
Perdagangan, Distribusi dan Logistik, Natsir Mansyur, misalnya, menyatakan
bahwa isi dari Perpres sudah cukup mewakili masukan-masukan yang pernah
disampaikan oleh Kadin kepada pemerintah, terutama mengenai perbaikan
infrastruktur serta tingginya biaya logistik nasional. “Kita menyambut baik pastinya. Semoga dengan terbitnya Perpres ini bisa
memperbaiki ekonomi Indonesia terutama infrastruktur,” imbuhnya.
Adapun bagi Kementerian
Perdagangan, terbitnya Perpres Sislognas pun menjadi sebuah pemantik semangat
baru untuk bekerja lebih fokus dan maksimal. Terkait hal itu, dalam kesempatan
kunjungan ke Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei beberapa waktu lalu, Wakil
Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi telah menjelaskan kepentingan Kemendag
terkait dengan konektivitas dan Sistiem Logistik Nasional.
Ketiga kepentingan itu
adalah; 1) Harga untuk pasar dalam negeri terkait dengan stabilitas dan
keterjangkauan harga khususnya untuk komoditas pangan pokok dan komoditas
strategis lainnya, serta untuk pasar internasional terkait dengan harga
komoditas ekspor yang menarik dan kompetitif. 2) Arus barang yang terkait
dengan kelancaran arus barang, volume barang, termasuk permasalahan handling
dan sarana transportasi. 3) Proteksi pasar dalam negeri dari barang-barang
impor melalui safeguarding, ACI dan daya saing produk nasional.
Memang, ada beberapa
tantangan untuk membangun sebuah sistem logistik nasional yang kuat,
terintegrasi bahkan berdaya saing dengan industri logistik global. Khususnya,
terkait dengan kondisi dan karakter geografis Indonesia yang sangat khas,
yaitu terdiri dari ribuan pulau. Selain itu, banyaknya pihak yang
berkepentingan dengan sistem logistik ini pun menjadi sebuah tantangan, yakni
bagaimana memadukan seluruh aturan yang ada saat ini baik aturan yang ada di
Kementerian Perdagangan, Kementerian Perhubungan dengan Peraturan Pemerintah
tentang Moda Transportasi, Kementerian Informasi dan Komunikasi dengan aturan
Undang-undang Pos, dan lain sebagainya.
Sementara itu, untuk
pelaksanaan Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional ini sendiri, dalam
Perpres juga telah dijelakan bahwa Cetak Biru ini akan dikoordinasikan oleh
Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) 2011 -
2025 yang dipimpin oleh Presiden dan Wakil Presiden sebagai Ketua dan Wakil
ketua, serta Menko Perekonomian sebagai Ketua Harian. Dan ke depan, Sistem
Logistik Nasional diharapkan dapat berperan dalam mencapai sasaran Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, menunjang implementasi
MP3EI, serta mewujudkan sasaran PDB per kapita sebesar 14.250-15.500 dolar AS
pada 2025.
Memperkuat MP3EI
Bak dua sisi uang logam.
Itulah gambaran keterkaitan erat antara Sislognas dan MP3EI Sislognas. Keduanya
harus berjalan seiring sekata, alias saling bersinergi positif dalam
pembangunan ekonomi dan daya saing bangsa. Yakni, MP3EI bertugas
mengidentifikasi potensi kekuatan ekonomi dan komoditi andalan nasional,
sementara Sislognas berorientasi menjamin pergerakan komoditi tersebut dapat
berjalan dengan lancar dan efesien.
Dengan bahasa lain,
Sislognas merupakan pemerkuat program Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Sebab, dalam MP3EI tertuang
rencana-rencana pemerintah terkait pembangunan berbagai
infrastruktur perekonomian yang secara langsung berkorelasi dengan sektor
logistik nasional. Yakni, seperti pembangunan pelabuhan laut
internasional, perluasan jalan kereta api, perbaikan bandara, pembangunan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), pembangunan jalan dan jembatan serta beberapa
pembangunan infrastruktur lainnya.
Peran Strategis Sislognas Bagi Perdagangan Dalam Negeri
Sebagai negara maritim
yang terdiri dari berbagai pulau, kehadiran Sislognas sangatlah strategis bagi
pembangunan perdagangan dalam negeri yang kokoh dan berdaya saing tinggi.
Sislognas juga menjadi penyemangat baru bagi tumbuh berkembangnya dunia
perdagangan Indonesia, baik secara domestik maupun internasional. Pasalnya,
Sislognas ini bertujuan mengkoneksikan kekuatan ekonomi nasional, membuka
isolasi pedesaan, menghilangkan disparitas harga antar daerah dan meningkatkan
peran jasa logistik nasional.
Lebih teknisnya,
Sislognas akan berperan untuk menjamin kelancaran arus barang, mengurangi biaya
transaksi atau ekonomi yang berbiaya tinggi, membangun daya saing nasional,
menjaga kelestarian lingkungan hidup, mewujudkan kesejahteraan masyarakat,
serta mensinkronkan dan menyelaraskan kemajuan antar sektor ekonomi dan antar
wilayah, sehingga dapat menjadi benteng kedaulatan dan ketahanan ekonomi.
Terkait dengan arti
penting tersebut, Kementerian Perdagangan RI melalui Direktorat Logistik dan
Saran Distribusi akan berperan dalam pengembangan sistem logistik nasional,
dengan menggabungkan sistem transportasi dan pembangunan daerah yang
terintegrasi menjadi sebuah konektivitas nasional.
Adapun visi pembangunan
konektivitas adalah Locally Integrated, Globally Connected, yang mencakup konektivitas lokal,
nasional dan global dalam jalur distribusi intra pulau, antar pulau, dan
logistik perdagangan internasional. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dalam
penataan jaringan distribusi perdagangan yang efisien adalah peningkatan
kinerja logistik nasional melalui konektivitas sub sistem dan jaringan
distribusi yang mempengaruhinya. Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
kinerja logistik Indonesia adalah Logistic
Performance Index (LPI) yang dipublikasikan oleh Bank Dunia.
Walhasil, implementasi
Sislognas dan keberhasilannya benar-benar bisa menjadi penyangga denyut ekonomi
bangsa ini, sehingga mampu mewujudkan kesejateraan yang adil dan merata bagi
seluruh rakyat Indonesia. (AMF)
Comments