Sistem Logistik Tingkatkan Daya Saing Industri
Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, untuk
meningkatkan daya saing industri nasional, dibutuhkan dukungan sistem logistik
yang efisien dan efektif. "Untuk negara kepulauan yang
luas seperti Indonesia, penguatan sistem logistik dilakukan dengan cara
menyeimbangkan jumlah angkutan kargo atau komoditas antar wilayah melalui
pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru secara progresif," kata
MS Hidayat, seperti dilaporkan Antara, di Jakarta, Jumat (25/10).
Hingga saat ini, menurut Hidayat, perkembangan industri nasional tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional meskipun di tengah gejolak perekonomian global yang belum stabil. Pertumbuhan industri pengolahan non migas pada semester I-2013 tumbuh sebesar 6,58% atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi sebesar 5,92%.
"Industri logam dasar besi dan baja merupakan sektor industri yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 12,98%, kemudian diikuti oleh industri pupuk, industri alat angkut, mesin dan peralatan sebesar 9,40% serta industri kimia dan barang dari karet sebesar 8,03%. Sedangkan industri pengolahan non migas merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 20,74%," paparnya.
Struktur industri pengolahan non migas, lanjut Hidayat, masih didominasi oleh cabang industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 34,74%, disusul oleh cabang industri alat angkut, mesin dan peralatan sebesar 28,28% dan industi pupuk, kimia dan barang dari karet yang menyentuh 12,51%.
"Pertumbuhan industri pengolahan non-migas pada semester I tahun ini ditopang oleh tingginya investasi di sektor industri dan tingginya konsumsi dalam negeri, sehingga memberikan optimisme bahwa di tengah melemahnya pasar ekspor di negara-negara mitra utama, perekonomian Indonesia masih tetap tumbuh dengan industri sebagai salah satu penggeraknya," ujarnya.
Hidayat menjelaskan memasuki semester II tahun ini, tantangan yang harus dihadapi seperti melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, defisit neraca perdagangan khususnya di sektor migas, dan masih adanya ketidakpastian ekonomi global, harus segera diatasi.
"Kami masih memiliki pekerjaan besar untuk melaksanakan pembangunan industri nasional dengan sasaran utama pertumbuhan industri pengolahan non-migas sebesar 6,5%, penyerapan tenaga kerja sektor industri sebanyak 400.000 orang, peningkatan ekspor sektor industri hingga US$125 miliar, serta investasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US$12 miliar dan investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp42 Triliun.
Untuk mencapai sasaran pembangunan industri tahun ini,sebagai bagian dari pembangunan industri nasional jangka panjang, diperlukan upaya percepatan pertumbuhan industri melalui program Akselerasi Industrialisasi 2012-2014, yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan sektor industri sebagai katalis utama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, tandasnya. (*/DKu) Antara
Hingga saat ini, menurut Hidayat, perkembangan industri nasional tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional meskipun di tengah gejolak perekonomian global yang belum stabil. Pertumbuhan industri pengolahan non migas pada semester I-2013 tumbuh sebesar 6,58% atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi sebesar 5,92%.
"Industri logam dasar besi dan baja merupakan sektor industri yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 12,98%, kemudian diikuti oleh industri pupuk, industri alat angkut, mesin dan peralatan sebesar 9,40% serta industri kimia dan barang dari karet sebesar 8,03%. Sedangkan industri pengolahan non migas merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 20,74%," paparnya.
Struktur industri pengolahan non migas, lanjut Hidayat, masih didominasi oleh cabang industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 34,74%, disusul oleh cabang industri alat angkut, mesin dan peralatan sebesar 28,28% dan industi pupuk, kimia dan barang dari karet yang menyentuh 12,51%.
"Pertumbuhan industri pengolahan non-migas pada semester I tahun ini ditopang oleh tingginya investasi di sektor industri dan tingginya konsumsi dalam negeri, sehingga memberikan optimisme bahwa di tengah melemahnya pasar ekspor di negara-negara mitra utama, perekonomian Indonesia masih tetap tumbuh dengan industri sebagai salah satu penggeraknya," ujarnya.
Hidayat menjelaskan memasuki semester II tahun ini, tantangan yang harus dihadapi seperti melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, defisit neraca perdagangan khususnya di sektor migas, dan masih adanya ketidakpastian ekonomi global, harus segera diatasi.
"Kami masih memiliki pekerjaan besar untuk melaksanakan pembangunan industri nasional dengan sasaran utama pertumbuhan industri pengolahan non-migas sebesar 6,5%, penyerapan tenaga kerja sektor industri sebanyak 400.000 orang, peningkatan ekspor sektor industri hingga US$125 miliar, serta investasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar US$12 miliar dan investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp42 Triliun.
Untuk mencapai sasaran pembangunan industri tahun ini,sebagai bagian dari pembangunan industri nasional jangka panjang, diperlukan upaya percepatan pertumbuhan industri melalui program Akselerasi Industrialisasi 2012-2014, yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan sektor industri sebagai katalis utama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, tandasnya. (*/DKu) Antara
Comments